Radang adalah mekanisme pertahanan tubuh melokalisir atau menghancurkan jejas atau cidera, yang ditandai dengan gejala:
- Calor atau demam. Suhu tubuh naik untuk meningkatkan metabolisme pada organ yang cidera.
- Rubor atau merah. Terjadi mobilisasi dan konsentrasi sel darah merah ke organ yang cidera supaya mendapat asupan oksigen lebih banyak.
- Tumor atau bengkak. Terjadi penumpukan plasma darah yang keluar dari pembuluh darah yang melebar pada organ yang cidera agar mendapat asupan nutrisi lebih banyak. Disamping penumpukan plasma darah terjadi pula konsentrasi sel darah putih untuk menghancurkan benda asing dan melawan infeksi patogen termasuk virus.
- Dolor atau sakit. Mediator proinflamasi dilepas pada organ yang cidera menimbulkan rasa nyeri sebagai isyarat dari tubuh.
- Functio Laesae atau gangguan fungsi organ apabila terjadi gejala-gejala berat tersebut diatas. Sebagai isyarat bahwa tubuh atau organ memerlukan istirahat.
Ada beberapa macam jejas:
- Jejas Fisik seperti terpukul, teriris, tergores dan terbakar.
- Jejas Kimiawi seperti zat kimia beracun, iritan, radikal bebas dan metabolit patogen.
- Jejas Biologi dari patogen seperti bakteri, jamur dan virus.
- Jejas Psikologis seperti stres dan depresi.
Jadi radang sangat penting sebagai pertahanan tubuh dan pemulihan masalah kesehatan. Namun radang tidak boleh berlebihan, karena bisa berakibat pada kerusakan organ. Bahkan keradangan parah yang populer dikenal sebagai badai sitokin sangat merusak sel dan dapat membawa pada kematian.
Keradangan yang berlebihan, sistemik atau bahkan yang meliputi seluruh tubuh dan berlangsung lama menimbulkan penyakit-penyakit kronis seperti obesitas, gastritis, hipertensi dan diabetes type 2.
Penyebab keradangan kronis terbanyak adalah metabolit dari patogen seperti LPS, TMAO dan akumulasi radikal bebas. Stres yang merupakan hiperaktifitas pikiran berakibat pada terbunuhnya probiotik dalam usus, sehingga proporsi patogen bertambah, proporsi probiotik berkurang diiringi oleh berkurangnya antioksidan yang merupakan salah satu metabolitnya. Pada gilirannya kekurangan antioksidan menyebabkan akumulasi radikal bebas, yang merupakan produk sampingan akibat proses transfer elektron yang tidak sempurna pada proses produksi energi dalam sel.
Sebaliknya metabolit probiotik multistrain bisa meredakan keradangan kronis akibat metabolit patogen. Antioksidan yang dihasilkannya dapat menetralisir radikal bebas.
Sel RAW 264.7 mengalami keradangan (kerusakan) dan menyebabkan terjadinya kematian sel sebesar 20%, sehingga viabilitas (kehidupan) sel tinggal 80% setelah dipapar dengan LPS (metabolit patogen Escherichia coli). Terjadi kenaikan signifikan sitokin proinflamasi dan penurunan sitokin antiinflamasi. Setelah diberi ekstrak metabolit probiotik multistrain, keradangan mereda, yang ditandai dengan penurunan tingkat ekpresi sitokin proinflamasi dan peningkatan sitokin antiinflamasi sampai homeostasis atau seimbang, sebagai upaya tubuh untuk lebih cepat memulihkan dirinya sendiri.
Yang menarik dari luaran penelitian dengan platform pencegahan di atas adalah pada sel RAW 264.7 yang diberi ekstrak metabolit probiotik multistrain, penurunan sitokin proinflamasi dan peningkatan sitokin antiinflamasinya lebih bermakna dibandingkan dengan platform kuratif. Hal ini menandakan bahwa keradangan (kerusakan) sel pada platform preventif lebih rendah daripada platform kuratif ketika sel dipapar dengan LPS Escherichia coli.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah suplementasi setiap hari PRO EM•1 mampu mencegah dan memulihkan penyakit terkait inflamasi, seperti penyakit infeksi dan penyakit kronis terkait melalui aktivitas antiinflamasinya untuk membangun keseimbangan respon imun. Dan yang terpenting adalah ”mencegah jauh lebih baik daripada mengobati”.