Mencermati Pencegahan Penularan Covid di AS

Selama berada di Amerika selama 2 minggu dari tanggal 6-19 mei 2021, kami mengunjungi beberapa kota yaitu: Chicago, Madison, Milwaukee, nampak masyarakat mematuhi protokol kesehatan: memakai masker, menjaga jarak dengan pengaturan jarak antar meja atau bangku dalam restoran, kantor, bandara, menyediakan hand sanitizer berupa alkohol 70% dan tempat mencuci tangan dengan sabun. Tidak nampak bilik-bilik fumigasi desinfektan yang biasanya diletakkan di depan restoran, perkantoran dan fasilitas-fasilitas umum.

Sejak Covid-19 melanda Indonesia Maret 2020, gugus tugas, pemerintah kota, perkantoran dan fasilitas umum menggunakan fumigasi desifektan pada lingkungan di sekitar kita, harapannya virus akan mati dan lingkungan jadi steril. Akan tetapi pandemi Covid-19 belum kunjung reda, lebih menakutkan ITD (Institute of Tropical Disease) Univeritas Airlangga, telah menemukan tidak sedikit strain baru virus Covid-19  yang tersebar di seluruh nusantara, bahkan yang paling menakutkan strain baru B.1.617.2 yang melanda India dan mengakibatkan tsunami. Strain ini mulai menyebar ke seluruh dunia. Mengapa bisa terjadi?

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di University of California, San Diego, Amerika Serikat oleh Holland , J.J., E. Domingo, J.C. de la Torre and D. Steinhauer (1990), virus yang memiliki materi genetik berhelai satu, berupa RNA akan bermutasi ketika bersentuhan dengan zat kimia pemicu mutasi, yang dikenal sebagai mutagen.[1]

Dua materi yang dapat membunuh Covid-19 adalah alkohol 70% dan sabun. Mencuci tangan dengan sabun direkomendasikan sebagai pencegah penyebaran Covid-19. Cara kerja sabun adalah:

  1. Merusak spike glycoprotein atau spike protein virus demikian juga alkohol 70%, sehingga virus menjadi tidak aktif karena tidak bisa menempel pada sel inang.
  2. Menjebak virus dalam gumpalan busa sabun.
  3. Memiliki fungsi antivirus.[2]

Secara teknis sabun dikategorikan sebagai surfactant (Surface Active Agent), yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan.

Rute utama masuk corona virus adalah melalui hidung, mulut dan sebagian melalui mata. Virus yang masuk melalui hidung, mulut dan mata dapat diinaktifasi di tenggorokan (pharynx) atau nasopharynx dengan menggunakan obat kumur atau nasal spray yang mengandung surfactant, dengan cara merusak spike protein virus dan menjebak virus ke dalam gumpalan busa sehingga virus tidak dapat menempel pada dinding alveolus (gelembung paru-paru) akibatnya tidak terjadi infeksi. [2]

a. Bagaimana obat kumur atau sabun yang mengandung surfactant menginaktifasi virus.

(K. Pramod, et al, 2020)

b. Bagaimana surfactant menginaktifasi virus dalam alveolus (gelembung paru-paru).

(K. Pramod, et al, 2020)

c. Bagaimana surfactant menginaktifasi virus dalam paru-paru dan cairan interstitial.

(K. Pramod, et al, 2020)

d. Bagaimana surfactant menginaktifasi virus dalam peredaran darah.

(K. Pramod, et al, 2020)

Surfactant alami pada dinding paru-paru merupakan barier fisiologis terhadap infeksi virus, cara kerjanya adalah dengan:

  1. Mengaktifasi macrofag.
  2. Mempengaruhi replikasi virus.
  3. Mencegah penyebaran virus.

Pada permukaan sel, surfactant mempengaruhi viral budding process dengan menghambat pembentukan enveloped viruses. [2]

Menurut jurnal dari Surekha K. Satpute, Gauri R. Kulkarni, Arun G. Banpurkar, Ibrahim M. Banat, Nishigandha S. Mone, Rajendra H. Patil and Swaranjit Singh Cameotra (2016), Biosurfactant/s from Lactobacilli species: Properties, challenges and potential biomedical applications. Beberapa biosurfaktan yang diisolasi dari bakteri asam laktat antara lain: [3]

No

Lactobacilli spp.

Type of biosurfactant (BS)

1 L. casei 70,

L. casei subsp, rhamnosus GR-1

RC14 and B54 produce BS richin protein and less content of polysaccharide, phosphate
2 L. fermentum B54 Produce anti-adhesive,

proteinaceous BS

3 L. rhamnosus CCM 1825 (Culture Collection of the Chair of Industrial and Food Microbiology (CCCIFM)), (University of Warmia and Mazury (UWM)) in Olsztyn, Poland rotein, polysaccharide and

phosphate in different ratio

4 L. plantarum CFR 2194 (Isolated from kanjika, ricebased ayurvedic fermented

product)

Glycoprotein – protein,

polysaccharide fractions

5 L. fermentum B54 Produce anti-adhesive,

proteinaceous BS

6 L. fermentum RC-14

L. casei Shirota

L. rhamnosus GR-1

L. rhamnosus GR-36

Number of collagen-binding

proteins in the crude BS

7 L. casei CECT-5275 Crude BS
8 L. casei 8/4 (A culture collection of the Department ofIndustrial and Food Microbiology, University of Warmiaand Mazury in Olsztyn, Poland) Glycoproteins with additional phosphoric groups
9 L. plantarum CFR 2194 (Isolated from kanjika, rice based ayurvedic fermented product) Glycoprotein – protein,

polysaccharide fractions

 

Uji Inaktifasi virus H1N1 tahun 2013 di Japan Food Research Laboratories, Tokyo oleh EMRO Okinawa Jepang, membuktikan konsentrasi 1% PRO EM1 mampu menginaktifasi virus H1N1 dalam waktu kurang dari 30 menit. [4]

Dalam PRO EM1 terkandung banyak biosurfactant. Probiotik multi strain dalam PRO EM1 memproduksi biosurfactant. Ini yang menjadi dasar penggunaan nano spray PRO EM1 sebagai nasal spray atau spray ke kulit .

Jakarta, 24 Mei 2021

Apt Ge Recta Geson, S.Si.

 

Referensi

[1]   Mutation Frequencies at Defined Single Codon Sites in Vesicular Stomatitis Virus and Poliovirus Can Be Increased Only Slightly by Chemical Mutagenesis

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC249691//

pdf :

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC249691/pdf/jvirol00063-0408.pdf

[2]   K. Pramoda, Sabna Kottab, U.S. Jijitha, A. Aravindc, M. Abu Tahird, C.S. Manjua, H.V. Gangadharappa (2020), Surfactant-based prophylaxis and therapy against COVID-19: A possibility. Medical Hypotheses Volume 143, October 2020, 110081. https://doi.org/10.1016/j.mehy.2020.110081

[3]   Surekha K. Satpute, Gauri R. Kulkarni, Arun G. Banpurkar, Ibrahim M. Banat, ishigandha S. Mone, Rajendra H. Patil and Swaranjit Singh Cameotra (2016), Biosurfactant/s from Lactobacilli species: Properties, challenges and potential biomedical applications. J Basic Microbiol. 2016 Nov;56(11):1140-1158. doi: 10.1002/jobm.201600143.

[4]   EM Research Organization,Inc. (2013), Virus Inactivation Test Report. Japan Food Research Laboratories, Tokyo.

Write a comment

Your email address will not be published. All fields are required